Tuhan atas Hari Sabat
Written by Alfrets | | | Pelajaran 7 *11-17 Februari 2012
Tuhan atas Hari Sabat
SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kej 2: 1-3; Kel 20:8-12; Ul 5:12-15; Mat 12:1-13; Yoh 9, 19:30. AYAT HAFALAN: “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Hari Sabat di adakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat’” (Markus 2:27,28). POKOK PIKIRAN: Sabat hari ketujuh, dalam segala hal, memfokuskan kita kepada Yesus, Pencipta kita dan Penebus kita. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firma itu adalah Allah. Ia ada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberikan kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yoh 1:1-13). Ayat-ayat ini, tentu saja, menunjuk kepada Yesus, Yesus sebagai Oknum yang menjadikan “segala sesuatu” dan Yesus sebagai Oknum yang memberikan keselamatan kepada mereka yang “percaya dalam nama-Nya.” Jadi, Yesus adalah Pencipta dan Yesus adalah Penebus. Dan, sebagaimana Alkitab nyatakan kepada kita, kedua aspek penting yang telah Yesus lakukan ini ditemukan dalam perintah Sabat. Minggu, 12 Februari 2012 SABAT DALAM KITAB KEJADIAN Salah satu kebenaran Alkitab yang tertanam paling kuat ialah kembali ke Taman Eden, satu dunia yang sempurna diciptakan oleh Allah yang sempurna, di sana hari ketujuh telah diasingkan dari hari-hari lainnya dalam sepekan dan menguduskannya. Demikianlah jauhnya latar belakang dan dasar dari Sabat hari ketujuh. Dari sudut pandang dunia, Anda tidak dapat menelusuri lebih jauh daripada itu. Kemudian, dengan Sabat, kita sedang berbuhubungan dengan salah satu yang paling pokok dan paling mendasar dari seluruh kebenaran Alkitab. Apakah empat tindakan Allah yang dicatat dalam kejadian 2:1-3 sementara Dia menciptakan hari Sabat? Allah menciptakan satu hari, Dia beristirahat pada hari itu, Dia memberkati hari ketujuh itu, dan Dia menguduskannya, yang artinya Dia membuatnya kudus atau diasingkan untuk kegunaan yang kudus. Betapa mengagumkan bahwa Allah sendiri “beristirahat” pada hari ketujuh. Apa pun artinya, itu menunjukkan betapa seriusnya hari itu dibuat, karena Allah sendiri beristirahat pada hari tersebut. Kejadian 2:3 juga menjelaskan bahwa Pencipta “memberkati” hari ketujuh, sebagaimana Dia juga memberkati binatang dan manusia di hari sebelumnya (Kejadian 1:22,28). Allah menyebutkan berkat Sabat ini dalam hukum keempat dari sepuluh hukum-Nya, selama-lamanya mengubungkan Sabat penciptaan dengan Sabat mingguan. Perhatikan berapa kali ungkapan “hari ketujuh” diulang dalam kejadian 2:1-3. Apakah arti yang terkandung dalam pengulangan itu? Tiga kali hari istimewah itu disebutkan. Hal ini menekankan sifat yang luar biasa dari Sabat hari ketujuh dan dengan jelas mengasingkannya dari hari-hari lainnya. Hal itu seharusnya selalu mengingatkan kita bahwa Allah tidak membuat hari pertama menjadi special, atau hari yang lain. Berkat special ialah untuk hari ketujuh dan tidak ada untuk hari yang lain. Dengan menciptakan Sabat hari ketujuh, Allah mengakhiri pekerjaan kreatif-Nya. Lalu Dia mengambil tujuh hari itu dan memasukkannya dalam satu pekan. Perputaran pekan ini telah diikuti sepanjang sejarah dan di seluruh catatan Alkitab. Jadi, Allah menunjukkan kuasa-Nya tidak hanya terhadap ruang dan segala sesuatu yang ada pada ruang itu tetapi juga terhadap waktu. Tidak satu pun dari kita dapat mengendalikan satu jam, atau bahkan satu menit. Waktu berjalan terus dengan tepat, sama sekali di luar akal kita. Jadi, betapa pentingnya kita belajar untuk percaya kepada Allah dengan jumlah waktu kita yang sedikit di dunia ini. Pikirkan mengenai perputaran waktu, bagaimanakah itu melewati kita dari peristiwa ke peristiwa, hari demi hari dan tahun demi tahun. Meskipun kita tidak mengendalikan waktu, namun kita dapat mengendalikan segala sesuatu yang kita lakukan dengan waktu itu. Seberapa baikkah Anda menggunakan waktu Anda? Apakah yang mengisi waktu Anda? Bagaimanakah Anda menggunakan lebih baik waktu Anda yang hanya sedikit saja di dunia ini? Senin, 13 Februari 2012 SABAT DALAM KITAB KELUARAN Baca Keluaran 20:8-11. Apakah yang Allah katakan untuk kita lakukan, dan mengapa kita disuruh untuk melakukannya? Seisi rumah, termasuk beberapa pembantu apa pun jenis kelaminnya, golongan pekerjaan setara dengan “bos” harus istirahat bersama. Sabat ialah penyeimbang yang hebat, pembebas dari segala ketidakadilan dari struktur social. Di hadapan Allah, semua manusia adalah sama, dan Sabat adalah cara yang unik untuk menyatakan kebenaran yang penting ini, terutama dalam sebuah dunia yang didominasi oleh struktur kelas yang menimbulkan berbagai macam kelompok “di atas” atau “di bawah” yang lain. Perintah ini juga merupakan suatu unit sastra yang tersusun secara teliti: A. Pendahuluan: “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (ayat 8). B. Perintah: “Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu” (ayat 9). C. Motivasi: “Tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu” (ayat 10a). B1. Perintah: “Maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau…” (ayat 10b). C1. Motivasi: “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut,…. Dan ia berhenti….” (ayat 11a). D. Kesimpulan: “Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (ayat 11b). A. Berisi, sebuah pernyataan pendahuluan, prinsip penting dari perintah Sabat sebagai satu keutuhan. B. Menyampaikan perintah positif untuk bekerja selama enam hari. (B1) Memberikan perintah larangan yang sama untuk menahan diri dari segala pekerjaan pada hari Sabat, termasuk semua yang tergabung dalam keluarga. Bahkan pembantu maupun hewan, atau tamu yang berada di rumah. (C) dan (C1) memberikan motivasi kepada perintah-perintah itu. (C) menyatakan factor waktu dalam enam hari/rangkaian hari ketujuh dengan menekankan bahwa “hari ketujuh adalah Sabat TUHAN Allahmu.” (C1) Berisi motivasi formal dengan pendahuluan “Sebab” atau “Karena.” Hal itu menunjukkan motivasi rinci dalam masa enam hari Allah bekerja dan berhenti pada hari ketujuh, dilembagakan secara langsung dalam Sabat pertama pada pekan penciptaan. (D) Adalah kalimat bebas, dimulai dengan “Itulah sebabnya” dan juga membentuk kesimpulan. Kata terakhir dari perintah itu, “dan menguduskannya,” dapat disamakan dengan nasihat pada pembukaan. (A) “Kuduskanlah.” Berhubungan dengan kekudusan Allah yang memberkati hari Sabat dalam Kejadian 2:3. Selasa, 14 Februari 2012 SABAT DALAM KITAB ULANGAN Meskipun umat Masehi Advent Hari Ketujuh telah begitu akrab dengan perintah Sabat yang diuraikan dalam kitab Keluaran, namun TUHAN memberikan perintah itu lagi (dan semua perintah lain) dalam kitab Ulangan. Betapa mengagumkan, walaupun perintah itu muncul dalam kata-kata yang sangat mirip, tetapi kata-kata itu tidak persis sama. Selain itu, perintah dalam kitab Ulangan memberikan motivasi yang lain, satu hal yang tidak tampak dalam kitab Keluaran. Baca Ulangan5:12-15. Bandingkan dengan Keluaran 20:8-11. Persamaan apakah yang ada di antara keduanya, apakah perbedaannya, dan mengapa kedua hal ini penting? Meskipun banyak persamaan di antara keduanya, ada unsur dan penekanan yang baru. Ketika kedua perintah tersebut berbicara mengenai para hamba yang harus berhenti pada hari Sabat, kitab Ulangan lebih jauh menekankannya. Ayat itu menyebutkan bahwa mereka harus memelihara hari Sabat “atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan…seperti engkau juga” (Ul 5:14, NIV). Di sini kita melihat apa yang ditekankan pada hari lainnya: bagaimana hari Sabat menolong membawa majikan dan hamba bersama-sama dalam martabat yang sama; keduanya berhenti di hari yang sama. Hari Sabat, pada tingkat pelaksanaan yang murni, memberikan kepada hamba beberapa perlindungan dari majikan yang ingin mempekerjakan mereka nonstop—sebuah perlindungan yang benar sesuai dengan perintah yang asli pada saat penciptaan. Tentu, ini menimbulkan pertanyaan yang menarik. Ketika hari Sabat pertama kali dilembagakan, itu menjadi peringatan akan penciptaan dalam satu dunia yang belum jatuh ke dalam dosa. Itu tidak berlaku bagi hamba laki-laki maupun hamba perempuan dan apalagi dengan perbudakan di Mesir, yang merupakan symbol perbudakan dosa, dan pembebasan dari perbudakan itu. Unsur baru ini, kemudian telah ditambahkan ke dalam perintah itu sesudah Kejatuhan; artinya, aturan yang asli digabungkan dengan sesuatu yang tidak dimuat pada mulanya. Jadi, sebagaimana arti semula, hari Sabat ialah sebuah symbol untuk penciptaan; sesudah dosa, menjadi symbol baik untuk penciptaan maupun Penebusan, yang mana keduanya adalah tipe dari penciptaan kembali (2 Kor 5:17; Gal 6:15; Why 21:1). Penciptaan dan penebusan sangat berhubungan erat dalam Alkitab; hanya Allah Pencipta dapat menjadi Allah penebus, dan kita dapat memiliki keduanya dalam Yesus (lihat Yoh 1:1-14). Kedua versi perintah ini menunjukkan bahwa Sabat hari ketujuh adalah symbol dari pekerjaan Yesus, Pencipta kita dan Penebus kita. Pikirkan tentang perbudakan yang dari padanya Kristus akan membebaskan kita. Janji kebebasan apakah yang Anda miliki dalam Yesus? Bagaimanakah Anda belajar menuntut kebebasan itu dan kemudian mengizinkan Allah membuat kebebasan itu nyata dalam kehidupan Anda? Rabu, 15 Februari 2012 YESUS DAN SABAT-NYA: BAGIAN 1 Banyak buku telah ditulis, dan masih akan ditulis, untuk menunjukkan bahwa Yesus, ketika di dunia ini dalam daging, telah menuntun orang-orang meninggalkan Sabat hari ketujuh, dan mengarahkan mereka kepada peribadatan hari Minggu atau (lebih umum hari ini) terhadap pendapat bahwa hari ketujuh telah diganti dengan satu hari “perhentian” yang lebih umum di dalam Kristus. Namun, ide ini tampaknya tidak dapat ditemukan di mana pun dalam catatan Injil tentang Yesus dan Sabat. Di samping alasan yang jelas untuk buku-buku seperti itu (satu kebutuhan untuk membenarkan penolakan atas Sabat hari ketujuh oleh kebanyakan dunia Kristen selama tujuh belas dan delapan belas abada yang lalu), mereka menganjurkan bahwa penyembuhan Kristus pada hari Sabat telah mengumandangkan berakhirnya perintah itu. Bagaimanakah dengan argument ini? Suatu penelitian terhadap apa yang Yesus lakukan pada hari Sabat sangat bertentangan dengan pendapat para ahli teologi ini yang mencoba menjadikan peristiwa itu sendiri untuk meniadakan Sabat. Perlahan-lahan bacalah Matius 12:1-13, terutama penyembuhan pada hari Sabat. Sementara Anda membaca, Tanya diri anda sendiri, apakah konteks dari penyembuhan itu, mengapa Yesus melakukannya teristimewah pada hari itu, dan apakah point penting yang sedang Dia buat? Barangkali ayat kunci, yang menjelaskan semuanya itu, adalah ayat 7. Peristiwa itu adalah: mengenai kebutuhan orang-orang, mengenai belas kasihan dan kebaikan dan mengasihi orang lain. Renungkan baik-baik, Sabat mengizinkan kita lebih berkesempatan untuk menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati kepada mereka yang membutuhkan daripada hari yang lain dalam satu pekan ketika kita dipaksa untuk mencari nafkah. Masalahnya adalah Sabat telah dipersulit dengan peraturan-peraturan buatan manusia yang bertujuan untuk kepentingan diri mereka sendiri daripada untuk mengasihi Allah dan sesame manusia. Alkitab menerangkan, kasih adalah kegenapan hukum, dan segala sesuatu yang membelokkan hukum untuk meniadakan kasih, atau bahkan pekerjaan yang bertentangan dengan kasih, adalah sesuatu yang harus dibuang. Penganut legalisme telah membuat Sabat menjadi hukum tanpa kasih. Inilah yang ditentang Yesus dengan penyembuhan yang dilakukan-Nya pada hari Sabat. Kerasnya pendirian keagamaan itu dapat dilihat dalam penyembuhan orang buta sejak lahir (Yohanes 9). Baca lebih teliti ayat 16. Berbicara tentang hukum tanpa kasih! Dan akhirnya, jika Yesus menggunakan penyembuhan pada hari Sabat untuk mulai mengarahkan manusia meninggalkan Sabat haru ketujuh, tentu saja cara itu sangat aneh. Tanyalah diri sendiri, apakah cara lain seseorang dapat menyatakan hukum tanpa kasih? Mungkinkah Anda telah bersalah dalam melakukan hal yang sama? Kamis, 16 Februari 2012 YESUS DAN SABAT-NYA: BAGIAN 2 “Sudah selesai” (Yoh 19:30). Yesus, melalui mukjizat-mukjizat Sabat-Nya, menunjukkan bagaimana Sabat yang sebenarnya. Itu adalah suatu hari untuk penyembuhan dan pemulihan. Yesus berkmaksud agar Sabat juga mengingatkan kita akan kuasa Allah. Jadi, Sabat adalah hari dimana Dia membebaskan para tawanan (Lukas 4:31-37), membuat orang lumpuh bisa berjalan (Lukas 13:10-17; Yoh 5:1-9), dan memulihkan penglihatan orang buta (Yohanes 9). Bagi Yesus, hari Sabat lebih focus mengenai manusia daripada mengenai peraturan, sehingga tidak ada bagian yang diragukan mengapa Dia membuat pernyataan-Nya yang terkenal mengenai hari Sabat dibuat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Pada waktu yang sama, sebagaimana kita pelajari di awal pekan ini, jika kita menuruti dengan baik, peraturan itu melindungi kita. Yesus tidak hanya memperkuat keabsahan dan pentingnya berhenti pada hari Sabat ketika Dia masih hidup, tetapi juga dalam kematian-Nya. (Baca Mat 27:57- 28:1; Mrk 15:42-16:1; Luk 23:52-24:1, dan Yoh 19:31-20:1). Apakah satu hal yang umum dibuat oleh keempat penuis Injil dalam ayat tersebut? Lebih penting, apakah yang dikatakan ini kepada kita mengenai Sabat, terutama dalam konteks pertanyaan apakah hari Sabat masih berlaku atau tidak? Setelah Dia berkata, “Sudah selesai!” (Yoh 19:30), yaitu sesudah pekerjaan penebusan-Nya (sebelum pengantaraan surgawi-Nya) dilakukan, apakah yang Yesus lakukan? Dia beristirahat pada hari ketujuh. Kedengarannya lazim? Di manakah kita pernah melihatnya? Tentu saja, dalam Kejadian 2:1-3. Sesudah Allah menyelesaikan pekerjaan penciptaan, Dia beristirahat pada hari ketujuh. Sekarang, sesudah pekerjaan penebusan-Nya, Dia melakukan hal yang sama. Masih ingat keterangan bahwa Yesus telah menggerakkan manusia untuk beralih dari Sabat hari ketujuh? Teladan-Nya beristirahat dalam kubur pada hari Sabat, sesungguhnya, merupakan cara lain menggugurkan pendapat tersebut. Jika ada, teristimewah karena kematian-Nya memetraikan perjanjian yang baru, dan perjanjian yang baru itu menurut dugaan telah mengubah Sabat hari ketujuh, seseorang sangat sulit dipaksa untuk memahami logika orang-orang yang mempercayai bahwa perintah Sabat telah dihapuskan sesudah penyaliban. Jika itu telah dihapuskan, mengapa beristirahat pada hari Sabat menjadi hal pertama yang Yesus lakukan sesudah kematian-Nya di kayu salib? Jadi, baik dalam kematian-Nya maupun dalam kehidupan-Nya, Yesus menunjukkan kepada kita kesinambungan keabsahan dan pentingnya hari Sabat. Jumat, 17 Februari 2012 PENDALAMAN: “Haruskah Allah melarang matahari melaukan pekerjaannya pada hari Sabat, memutuskan cahayanya untuk memanaskan bumi ini dan menghidupkan tumbuh-tumbuhan. Haruskah system dunia ini berdiam sepanjang hari yang suci ini? Haruskah Ia memerintahkan segala mata air jangan mengalirkan air kepada ladang-ladang dan hutan-hutan dan melarang ombak-ombak lautan menghentikan pasa, surutnya? Haruskah gandum dan jagung itu berhenti berbutumbuh? Haruskah pohon-pohon dan kembang-kembang tidak mengeluarkan putik atau kembang pada hari Sabat? “Jika hal-hal ini terjadi, maka manusia tidak akan mendapat hasil bumi dan berkat-berkat yang diingini. Alam harus melanjutkan tugasnya yang tidak berubah-ubah itu. Allah tidak dapat sedikit pun menghentikan tangan-Nya, kalau tidak manusia itu akan pingsan dan mati. Maka manusia pun mempunyai suatu pekerjaan yang patut dilakukan pada hari ini. Kebutuhan hidup harus tetap diteruskan, orang sakit patut dirawat, keperluan orang yang berkekurangan harus disediakan. Ia dianggap bersalah jika tidak menolong orang-orang yang menderita pada hari Sabat. Hari perhentian Allah yang suci telah dijadikan bagi manusia, dan perbuatan kebajikan adalah sesuai dengan maksud hari itu. Allah tidak mengingini mahluk kejadian-Nya menderita kesakitan yang dapat disembuhkan pada hari Sabat atau pada hari yang lain.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.5, hlm.212, 213. PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN: 1. Saat ini mudah, menertawakan kerasnya dan dinginnya sikap para pemimpin agama yang menyerang Yesus sebab penyembuhan-Nya pada hari Sabat. Dan tentu saja mereka akan dihakimi atas tindakan-tindakan mereka. Dalam waktu yang sama, coba tempatkan diri Anda pada diri mereka. Peraturan-peraturan buatan manusia ini telah berlaku begitu lama sehingga pemikiran mereka tidak lain kecuali pemeliharaan Sabatlah yang terpenting; oleh sebab itu, mereka sangat yakin bahwa Yesus melanggar Sabat. Bagaimanakah perasaan kita terhadap seseorang yang membuat kemajuan hari ini, dan menyatakan kebenaran dan terang besar, bahkan mengadakan mukjizat, tetapi dalam pandangan kita dia menginjak-injak perintah keempat? Bagaimanakah seharusnya tindakan kita? Pelajaran penting apa yang dapat kita pelajari dari sini mengenai bagaimana memisahkan kebenaran dari tradisi semata dan mengapa hal itu tidak selalu mudah untuk dilakukan? 2. Tempatkan diri Anda pada diri seseorang yang percaya bahwa mukjizat Yesus pada hari Sabat menunjukkan bahwa Dia telah menghapuskan Sabat. Apa yang menurut Alkitab Dia katakan dan lakukan, bandingkan dengan apa yang Anda bayangkan yang Dia benar-benar lakukan untuk perubahan ini. Menurut Anda apakah yang telah Dia lakukan? RANGKUMAN: Alkitab menyatakan Yesus sebagai Tuhan atas hari Sabat hari ketujuh, tanda yang paling mendasar dari Dia sebagai Pencipta dan Penebus.